Seperti kita ketahui, virus Kespo selain mengincar file .doc (MS Word) dan xls (MS Excel) sebagai korbannya, ternyata file .dbf pun termasuk dalam daftar file yang dijahilinya. Celakanya, jika file .doc dan .xls yang di injeksi dapat disembuhkan dengan file fix yang banyak beredar di internet. File .dbf yang di”permak” ini diperlakukan agak berbeda dengan file doc/xls sehingga databasenya tidak dapat berfungsi dan harus di recover dari back upnya. Pertanyaannya adalah, bagaimana kalau lupa memback up, atau backupnya juga ikut terkena Kespo ? Wah… kalau sudah begitu dapat dikatakan bahwa virus Kespo membuat anda makin religius :P. Mengapa ? Karena anda pasti langsung berdoa dalam hati meminta kembali data anda dan menyesali mengapa anda tidak melakukan backup dengan baik dan disiplin. Cara terakhir tentunya ada, input ulang semua data …. Bisa-bisa anda bisa lembur berminggu-minggu jika database yang dihancurkan itu ukurannya besar.
Format database paling populer di Indonesia
Setelah Kespo menginfeksi komputer, ia akan mulai menjalankan aksi mautnya dimana salah satu yang paling ditakuti pemilik database (sekarang) adalah aksinya mengenkrip header semua file berekstensi .dbf, .mdf dan .ldf. Jika .mdf dan .ldf adalah file Microsoft SQL server dan menurut laporan yang kami terima, aksi ini kurang mulus (mengandung bug) sehingga pengguna database MS SQL terhindar dari aksi mematikan Kespo. Lain halnya dengan pengguna .dbf. Seperti kita ketahui, .dbf adalah format file database yang diciptakan oleh Ashton-Tate dengan program database dBASE dan dibeli oleh Borland, sekarang dimiliki oleh dBASE Inc. Sebenarnya yang populer bukan .dbf dari dBASE karena nama dBASE sudah dipatenkan sehingga tidak dapat digunakan secara gratis. Namun struktur data dBASE tersebut merupakan milik umum dan tidak dapat dipatenkan sehingga para vendor database lain sepakat untuk tetap menggunakan struktur database ini dan menjadikannya sebagai standarisasi dengan nama baru Xbase. Adanya standarisasi ini penting supaya database yang dihasilkan dari vendor database yang berbeda dapat kompatible dengan vendor lainnya. Contohnya, file database Visual Fox Pro dapat dimengerti oleh Clipper atau dBASE dan sebaliknya.
Dalam implementasi yang lebih rumit lagi, file .dbf ini dapat menjadi jembatan penghubung data antar software yang berbeda fungsi. Contohnya data Statistik dari SAS, Stata dan SPSS dapat dipergunakan dalam aplikasi sistem informasi geografi ArcView dan ArcGIS jika datanya dikonversikan ke .dbf.
Namanya juga database, ukurannya pasti besar-besar (puluhan – ratusan mega) dan data ini terdiri dari kumpulan data yang dimasukkan dalam waktu yang lama. Makin besar databasenya, makin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengelolanya. Jadi bisa dibayangkan kalau database ini rusak dan anda harus bertanggung jawab untuk memasukkan semua data ini. Karena itu memang (sekali lagi) back up database “yang baik dan benar” merupakan satu keharusan bagi pengguna database. Definisi “yang baik dan benar” adalah bukan sekedar rutinitas saja, melainkan file backup ini juga harus di test secara berkala memang berfungsi dan penyimpanan file backup ini juga penting. Jangan seperti satu kasus dimana backup database disimpan pada komputer yang sama (pada direktori yang berbeda) dan ketika terkena Kespo, sekalian borongan file backupnya juga di”permak”.
Apa benar .dbf merupakan format database yang paling populer di Indonesia ?
Vaksincom pada mulanya juga ragu, karena .dbf (dBASE) adalah program database yang dipelajari bareng jaman Lotus 123 dulu, lebih dari 20 tahun yang lalu. Masa ada perusahaan yang masih menggunakan dBASE ? Bukankah sekarang sudah zamannya si Oracle yang ngakunya “unbreakable” :P untuk korporat, MS Accessnya Windows atau MySQLnya opensource ? Tetapi rupanya kenyataan mengatakan lain. Memang benar kalau beberapa korporat besar menggunakan Oracle, MS Access dipergunakan oleh pengguna Windows dan MySQL menjadi standar de facto database webserver. Tetapi rupanya perusahaan-perusahaan menengah dan kecil rupanya memiliki kebijakan dan pandangan yang berbeda. Kalau database sudah bisa jalan dengan baik, untuk apa dirubah lagi ? Karena merubah database membutuhkan usaha dan biaya yang tinggi dan manajemen perusahaan di Indonesia terkadang masih memandang IT sebagai cost center saja. Pada waktu sistem komputer tidak berfungsi dan mengganggu operasional perusahaan, baru manajemen tersentak. Celakanya, beberapa manajemen “hardcore” yang menjadi korban Kespo, mungkin karena saking kesalnya kehilangan data sempat berpikir untuk tidak menggunakan komputer sama sekali pada perusahaannya dan kembali menggunakan buku catatan manual dan kartu saja ……. Ampuuunnn Di Jeee !!
Menurut perkiraan Vaksincom, pengguna .dbf ini mayoritas adalah pengguna aplikasi database Visual Fox Pro, Clipper dan aplikasi lain yang terkait dengan format .dbf seperti SPSS dan ArcGIS. Dan secara persentase jumlah perusahaan, pengguna database .dbf ini mencapai lebih dari 50 % dan tersebar di seluruh Indonesia. Satu keunikan lain yang membedakan Indonesia dengan negara lain adalah para pengguna database ini sebagian besar “tidak online” atau hanya satu komputer saja yang online melalui dial up ke internet sehingga ancaman virus dari internet terhadap database servernya relatif dapat diminimalkan dan perusahaan merasa tidak perlu untuk memasang program antivirus. TETAPI …… ada satu celah yang juga merupakan ciri khas Indonesia, dimana pengguna UFD (USB Flash Disk) nya sangat tinggi dan pertukaran data antar komputer melalui UFD sangat sering dilakukan. Ibarat hubungan seks bebas tanpa pengaman yang mengakibatkan penularan penyakit, komputer tanpa antivirus yang saling bertukar data melalui UFD ini juga sangat rentan terinfeksi virus melalui UFD dimana pada saat mencolokkan UFD, virus yang bercokol di satu komputer langsung menginfeksi UFD tersebut sehingga ketika dicolokkan ke komputer lain yang masih bersih, virus di UFD tersebut secara otomatis (autorun) akan menginfeksi komputer tersebut. Salah satu virus lokal tersebut adalah Kespo yang dalam salah satu rutinnya merusak file database (.dbf) komputer korbannya.
Bagaimana cara mengembalikan .dbf yang sudah di”permak” ?
Bagi orang awam, kerusakan pada file .dbf ini ibarat dapat Tsunami pada server databasenya. Secara default, pesan yang akan muncu ketika kita mengakses file .dbf yang telah dirusak Kespo adalah :
“Not a Table”
Selain itu ada kemungkinan pesan tersebut telah dirubah oleh programmer (jika anda menggunakan aplikasi database buatan lokal), intinya pesannya akan berbunyi seperti :
"Data Anda dalam keadaan rusak, silakan diperbaiki" à Pesan ini muncul jika anda menggunakan aplikasi lokal SIAP www.siap-software.com
Lalu kemana anda harus mencari pertolongan jika menjadi korban ? Kabar baiknya, lagi-lagi ada veteran database yang meluangkan waktunya untuk membenarkan masalah ini. Terimakasih kepada Bapak Ismuddin yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan solusi bagi masalah ini. Jika database anda yang rusak ini memiliki ukuran besar dan anda memerlukan layanan Database Recovery profesional, silahkan hubungi info@vaksin.com.
Langkah untuk merecover file DBF yang rusak oleh virus KSPOOLD (Sumbangan Bp. Ismuddin, veteran dbf Indonesia).
Kerusakan data yang disebabkan oleh virus KSPOOLD adalah mengganti header dari file yang berekstensi DBF (Kalau file data dbf yg sudah diganti ekstensinya tidak diserang). Karena header setiap file dbf tidak sama ukurannya, ini tergantung dari jumlah field, maka untuk file yang jumlah fieldnya sedikit, virus bisa menyerang record. Hal ini saya perhatikan karena disengaja oleh pembuatnya agar ukuran file tidak berubah.
Untuk memperbaiki header file dbf yang rusak bisa dilakukan dengan bantuan utility UltraEdit yang dapat di download versi trial nya di :
http://www.tucows.com/preview/194610
Langkah perbaikan :
1. Buka file dbf yang rusak dengan UltraEdit. (lihat Gambar 1)
Gambar 1, Buka file .dbf yang rusak dengan UltraEdit
2. Buka file yang masih baik dgn struktur yang sama dengan file yang rusak, atau buat file baru yang strukturnya sama dgn file yang rusak.
3. Blok header data yang clean mulai dari batas header dgn record sampai ke awal file, klik kanan pilih copy. (lihat gambar 2)
Gambar 2, Copy header file yang masih bagus
4. Blok header data yang rusak mulai dari batas antara header dgn record sampai awal file, klik kanan pilih paste. (lihat gambar 3)
Gambar 3, Paste ke file yang rusak
5. Simpan data yang rusak dgn cara masuk ke Menu, Pilih File lalu Save. Perbaikan data tahap pertama sudah selesai, hasilnya masih belum bisa dibaca oleh VFP, karena jumlah record yang tercatat pada data yang rusak tidak sama dengan yang di kopikan.
6. Perbaikan selanjutnya saya menggunakan tool yang berfungsi untuk memperbaiki header file dbf yg kerusakannya tidak parah dgn Tabel Repair Utility (Program Terlampir).
7. Klik Pilih File, cari file yang disimpan melalui UltraEdit, lihat gambar 4.
Gambar 4, Table Repair Utility yang dibuat untuk membenahi table file yang rusak
8. Klik Tombol Ganti Pada baris jumlah Recor
9. Klik Tombol Ganti Pada baris ukuran file
10. Bila File yg Anda Recover mempunyai Field Memo sedangkan file memonya tidak tersedia, ubah Table Flag menjadi Has CDX File, kemudian klik Ganti.
11. Klik Buka File ...untuk membuka file yang sudah di recover, pada bagian bawah terdapat record sampah, buang saja .. !
Data yang rusak sudah bisa diselamatkan.
Berikut ini saya sertakan juga Program untuk perbaikan Tahap kedua setelah menjalankan UltraEdit Fix-dbf.zip (REPAIR.EXE dan MODULS.EXE)
Langkah Pencegahan menjadi korban Kespo
1. Gunakan program antivirus yang mempu mendeteksi virus Kespo dan pastikan antivirus anda sudah terupdate secara otomatis.
2. Jika memungkinkan, ganti ekstensi database anda, jangan menggunakan ekstensi .dbf. Anda dapat mengganti ekstensi database dengan ekstensi khusus (apa saja), asalkan pada program aplikasi database nya di set untuk mencari nama file dengan ekstensi khusus tersebut, misalnya database “data1.dbf” diganti dengan nama “data1.ilu” atau menjadi “data1.abc”
3. Selalu ingat untuk melakukan back up pada database anda secara benar dan teratur. Ingat untuk sedia payung sebelum hujan, dan payungnya di cek secara teratur selalu bekerja dengan baik.
Author by. Aa Tan (Alfons Tanujaya) Sumber : http://vaksin.com/2007/0707/kespo-dbf.htm
|